Kehidupan Mikroba di Mars Ditelusuri Robot NASA melalui berbagai misi eksplorasi yang bertujuan menguak rahasia planet merah ini. Mars telah lama menjadi objek utama dalam pencarian kehidupan luar Bumi. Planet merah ini menarik perhatian para ilmuwan karena banyak bukti geologis yang menunjukkan bahwa kondisi purbanya pernah mendukung lingkungan yang memungkinkan munculnya kehidupan. Jejak-jejak keberadaan air, struktur geologis purba, dan kondisi atmosfer masa lalu menimbulkan pertanyaan besar: apakah Mars pernah memiliki kehidupan mikroba yang bertahan dalam sistemnya yang keras?
Jejak Purba Air di Mars
Salah satu argumen utama yang memperkuat pencarian kehidupan di Mars adalah keberadaan air di masa lalu. Citra satelit dari Mars Global Surveyor yang diluncurkan pada tahun 1996 dan beroperasi hingga 2006 menunjukkan keberadaan delta sungai kering, dasar danau purba, serta pola aliran air yang membatu. Selain itu, mineral-mineral seperti hematit ditemukan oleh Opportunity Rover pada tahun 2004, dan lempung oleh Curiosity pada 2012, menandakan interaksi antara air dan batuan. Proses pembentukan mineral tersebut biasanya terjadi dalam kondisi basah yang stabil, memperkuat dugaan bahwa Mars pernah memiliki lingkungan layak huni.
Target Eksplorasi Kawah Jezero
Kawah Jezero dipilih sebagai lokasi pendaratan rover Perseverance karena mengandung delta sungai fosil yang berusia sekitar 3,5 miliar tahun. Delta ini menunjukkan bahwa dulu aliran air pernah masuk ke danau yang terbentuk di dalam kawah tersebut. Perseverance diluncurkan oleh NASA pada 30 Juli 2020 dan mendarat dengan sukses di Mars pada 18 Februari 2021. Sedimen yang terbentuk di sana berpotensi mengawetkan senyawa organik dan jejak biologis. Perseverance dibekali dengan instrumen canggih seperti PIXL dan SHERLOC yang memungkinkan analisis detail terhadap permukaan batuan. Alat-alat ini memindai tekstur, kimia, dan keberadaan senyawa karbon, membuka peluang besar untuk mengidentifikasi potensi biosignature mikroba purba.
Sinyal Organik dari Permukaan
Misi Curiosity pada tahun 2018 berhasil menemukan senyawa organik kompleks di Kawah Gale, tepatnya pada sampel batuan “Mojave” dan “Confidence Hills”. Senyawa tersebut tidak langsung membuktikan keberadaan kehidupan, namun kehadirannya menunjukkan bahwa Mars memiliki bahan kimia dasar yang diperlukan untuk mendukung organisme hidup. Penemuan ini diumumkan pada 7 Juni 2018 oleh NASA. Kini, Perseverance meneruskan pencarian itu di lokasi yang lebih menjanjikan secara geologis. Jika senyawa organik ditemukan bersama struktur batuan yang terbentuk dalam air, maka hal itu bisa menjadi indikator kuat bahwa kehidupan pernah ada.
Gas Metana di Atmosfer Mars
Salah satu temuan kontroversial dalam studi Mars adalah keberadaan gas metana di atmosfernya. Di Bumi, lebih dari 90 persen metana dihasilkan oleh aktivitas biologis, terutama oleh mikroorganisme anaerob. Pada Juni 2013, Curiosity pertama kali mendeteksi jejak metana dalam jumlah kecil. Kemudian, pada Juni 2019, sebuah lonjakan signifikan metana terdeteksi, dan ini menjadi sorotan besar komunitas ilmiah. Di Mars, metana terdeteksi dalam jumlah fluktuatif, berubah mengikuti musim. Hal ini memicu pertanyaan serius: apakah gas tersebut berasal dari proses geologi, ataukah dari sumber biologis aktif di bawah permukaan Mars?
Zona Perlindungan di Bawah Tanah
Permukaan Mars saat ini sangat tidak bersahabat bagi kehidupan. Paparan radiasi ultraviolet dari matahari, atmosfer yang sangat tipis, dan suhu ekstrem membuat peluang kehidupan di permukaan hampir nol. Namun, di bawah permukaan, kondisi bisa jauh lebih stabil. Pada 2012, studi dari University of Michigan dan NASA menunjukkan bahwa mikroorganisme ekstremofilik seperti Deinococcus radiodurans dapat bertahan hidup dalam kondisi mirip Mars jika berada beberapa meter di bawah tanah. Inilah yang membuat para ilmuwan percaya bahwa kehidupan, jika masih ada di Mars, kemungkinan besar tersembunyi jauh di bawah tanah.
Pengumpulan Sampel Batu Mars
Salah satu misi paling ambisius dari rover Perseverance adalah pengumpulan sampel batuan Mars. Sampel pertama berhasil dikumpulkan pada 6 September 2021 di batuan yang diberi nama “Rochette”. Sampel tersebut disegel dalam tabung logam kecil dan akan ditinggalkan di lokasi yang telah ditentukan untuk kemudian dijemput dalam misi gabungan NASA dan ESA yang dinamakan Mars Sample Return Mission. Proyek ini dijadwalkan berlangsung pada awal 2030-an, kemungkinan sekitar tahun 2033. Di Bumi, para ilmuwan dapat menggunakan peralatan laboratorium yang jauh lebih sensitif untuk memeriksa sampel tersebut. Mereka akan mencari pola isotop, senyawa karbon, atau bahkan struktur mikroskopik yang menyerupai mikroba fosil.
Dampak Penemuan Terhadap Ilmu
Penemuan kehidupan mikroba Mars, baik di masa lalu maupun masa kini, akan menjadi tonggak sejarah dalam sains. Bukti bahwa kehidupan bukan hanya muncul di Bumi akan mengubah paradigma kita tentang alam semesta. Hal ini juga akan memperkuat upaya untuk mencari kehidupan di tempat lain, seperti bulan-bulan es di sistem Jupiter dan Saturnus, serta atmosfer planet di luar tata surya. Selain itu, penemuan ini akan berdampak besar terhadap pemahaman kita tentang asal usul kehidupan itu sendiri, terutama dalam hubungannya dengan kondisi planet awal yang ekstrem.
Bukti Penting Tersembunyi di Bumi
Meski instrumen di Mars sangat canggih, sebagian besar analisis mendalam hanya bisa dilakukan di Bumi. Oleh karena itu, pengembalian sampel dari Mars sangat penting. Tabung-tabung kecil yang sekarang sedang dikumpulkan oleh Perseverance mungkin menyimpan informasi paling berharga dalam sejarah eksplorasi luar angkasa. Di dalamnya, para ilmuwan berharap akan menemukan bukti kimia, geologi, atau biologis yang menunjukkan bahwa Mars bukanlah planet mati sepenuhnya. Setiap sampel itu dapat menyimpan potongan kecil dari teka-teki kosmik tentang bagaimana dan di mana kehidupan bisa muncul di luar Bumi.
Kamu mungkin menyukai: Carl Sagan dan Pesan untuk Bintang